Cabut Sanksi Atas Suriah, Donald Trump Guncang Pasar Minyak dan Peta Diplomasi Timur Tengah

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 17 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden ke-47 Amerika Serikat Donald Trump. (Facebook.com@Donald J. Trump)

Presiden ke-47 Amerika Serikat Donald Trump. (Facebook.com@Donald J. Trump)

RIYADH — Sore itu, lampu-lampu kristal di ballroom Forum Investasi AS – Arab Saudi memantulkan kilau seperti peristiwa bersejarah yang sedang terjadi.

Di tengah sorotan kamera dan delegasi berpakaian necis, Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dia mengumumkan sesuatu yang mengejutkan: pencabutan sanksi atas Suriah.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Langkah itu bukan hanya mengguncang pasar minyak dan peta diplomasi Timur Tengah.

Ia juga mengirim pesan – sangat terang-terangan – kepada mitra lama Amerika yang kini terasa semakin cerewet dan dominan: Israel.

“Trump sedang ingin menunjukkan bahwa ia tidak lagi berada dalam bayang-bayang Netanyahu,” ujar Peter Ford, mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah.

“Ini bukan sekadar diplomasi, ini perlawanan simbolik terhadap Israel, imbuh Fofd dalam wawancara eksklusif yang dikutip media.

Ford bukan diplomat sembarangan. Ia pernah berada di garis depan kebijakan luar negeri Inggris ketika Damaskus masih berfungsi sebagai simpul penting dalam konflik dan negosiasi Timur Tengah.

Kini, dari kejauhan, ia membaca gerak-gerik Trump sebagai upaya mendudukkan kembali Amerika Serikat sebagai aktor independen— bukan sekadar perpanjangan tangan ambisi Israel.

Menurut Ford, keputusan Trump membuka pintu bagi Suriah tak bisa dilepaskan dari sosok yang berdiri di sebelahnya saat pengumuman.

Yaitu Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).

“Trump sedang memberi sinyal bahwa telinganya kini lebih dekat ke Riyadh daripada Tel Aviv,” kata Ford.

Dalam satu tarikan napas, pernyataan itu menyiratkan banyak hal.

Bahwa relasi AS-Israel sedang retak secara emosional, bahwa Arab Saudi memanfaatkan momentum untuk kembali memimpin poros moderat Arab,

Bahwa Suriah – yang selama lebih dari satu dekade diisolasi dan dibombardir opini publik Barat —sedang disiapkan kembali ke panggung.

Trump bahkan sempat menyebut Presiden Suriah yang baru, Ahmed Al-Sharaa, sebagai “pemimpin muda yang tangguh dan menarik.”

Ucapan yang bagi banyak analis terdengar seperti endorsement—langkah awal menuju normalisasi penuh.

Di forum itu pula, pertemuan berlangsung antara Trump, Al-Sharaa, MBS, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Di balik diskusi soal investasi dan stabilitas regional, tersisip ajakan dari Trump kepada Suriah untuk mendukung Perjanjian Abraham, inisiatif kontroversial normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel.

Namun Peter Ford menilai, ini bukan berarti Trump mendadak jatuh cinta pada Damaskus.

Ada dimensi kalkulatif dalam langkah ini: membuka jalan agar Suriah menjadi protektorat baru ala Yordania – negara kecil yang stabil, tunduk, dan tergantung pada bantuan Washington.

“Israel harus mulai menghitung ulang pendekatannya pada Suriah,” kata Ford.

“Jika Damaskus menjadi mitra AS, mereka mungkin harus melepas sebagian wilayah Suriah yang mereka duduki.”

Kendala terbesar, menurutnya, justru datang dari kehadiran militer Amerika sendiri di wilayah utara Suriah.

Selama ini, pos-pos militer itu dijustifikasi atas dasar memerangi ISIS.

Tapi dengan kelompok itu nyaris lumpuh, keberadaan pasukan AS justru menjadi duri dalam daging—bukan hanya bagi Damaskus, tapi juga bagi Iran.

“Penarikan pasukan adalah langkah logis,” ujar Ford.

“Itu bisa menjadi pemecah kebekuan antara AS dan Iran, terutama di saat perundingan nuklir mencapai fase menentukan.”

Di balik keputusan Trump yang tampak berani, para analis membaca satu motif lama yang terus berulang.

Stabilitas bukanlah hasil dari niat baik semata, melainkan hasil tawar-menawar antara kekuatan yang saling mencurigai.

Dan kali ini, tampaknya, Suriah kembali menjadi papan catur. Tapi tidak lagi sebagai pion.***

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Center (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Naikkan Tarif Tambahan Menjadi 84 Persen untuk Produk Impor AS, Tiongkok Balas Kenaikan Tarif AS
Sebelum Dirawat, Paus Fransiskus Sempat Berselisih dengan Kardinal Soal Defisit Keuangan Vatikan
Tiongkok Tanggapi Statemen Calon Menlu Amerika Serikat yang Sebut Tiongkok Musuh Paling Berbahaya
Alami Demam, Mantan Presiden AS Bill Clinton Dirawat di Georgetown University Medical Center di Washington
Presiden Suriah Bashar al-Assaddan dan Anggota Keluarganya Dikabarkan Telah Tiba di Moskow
Capres Donald Trump Gugat CBS dan Ajukan Keluhan ke Washington Post, Jelang Pemungutan Suara

Berita Terkait

Sabtu, 17 Mei 2025 - 05:57 WIB

Cabut Sanksi Atas Suriah, Donald Trump Guncang Pasar Minyak dan Peta Diplomasi Timur Tengah

Kamis, 10 April 2025 - 11:50 WIB

Naikkan Tarif Tambahan Menjadi 84 Persen untuk Produk Impor AS, Tiongkok Balas Kenaikan Tarif AS

Senin, 3 Maret 2025 - 13:48 WIB

Sebelum Dirawat, Paus Fransiskus Sempat Berselisih dengan Kardinal Soal Defisit Keuangan Vatikan

Jumat, 17 Januari 2025 - 18:12 WIB

Tiongkok Tanggapi Statemen Calon Menlu Amerika Serikat yang Sebut Tiongkok Musuh Paling Berbahaya

Selasa, 24 Desember 2024 - 13:55 WIB

Alami Demam, Mantan Presiden AS Bill Clinton Dirawat di Georgetown University Medical Center di Washington

Berita Terbaru